Yuk Pahami Pengertian Keperawatan Paliatif, Prinsip, Tujuan Hingga Isu Etikanya
|Pengertian Keperawatan Paliatif – Seiring dengan meningkatnya usia populasi dan perkembangan teknologi medis, jumlah pasien dengan penyakit kronis atau terminal pun ikut meningkat.

Oleh karena itu, keperawatan palliatif menjadi semakin penting dalam praktek asuhan keperawatan saat ini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, karena pasien dalam kondisi terminal sering mengalami penderitaan fisik, emosional, dan spiritual yang berat.
Perawat palliatif berfokus pada pasien dan keluarga sebagai unit perawatan, dan memastikan bahwa perawatan diberikan sesuai dengan nilai dan preferensi pasien.
Tak lupa, kerjasama dengan tim kesehatan lain seperti dokter, terapis, pekerja sosial hingga konselor sangat diperlukan demi memastikan pasien mendapat perawatan yang tepat dan holistik. Untuk lebih lengkapnya, mari simak ulasanya berikut ini.
Daftar Isi
Pengertian Keperawatan Palliatif
Keperawatan paliatif adalah pendekatan perawatan kesehatan yang berfokus memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada pasien yang tidak dapat disembuhkan atau terminal, serta keluarganya.
Tujuan utamanya adalah membantu pasien dan keluarga untuk mengelola gejala dan masalah yang timbul selama penyakit tersebut berlangsung, serta memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada pasien dan keluarganya.
Dalam memberikan perawatan paliatif, para perawat akan bekerja sama dengan dokter, terapis, dan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien maupun keluarganya, mulai dari pengelolaan gejala fisik, emosional, dan spiritual, serta dukungan sosial dan praktis.
Bahkan, perawatan paliatif ini sebenarnya bisa diterapkan di rumah sakit, di rumah, atau di fasilitas perawatan lainnya, tergantung pada kebutuhan pasien.
Sejarah Keperawatan Paliatif
Berdasarkan buku karya Marianne Matzo dan Deborah Witt Sherma yang berjudul “Palliative Care Nursing: Quality Care to the End of Life”, bahwa sejarah keperawatan paliatif dimuali pada tahun 1967 di Inggris.
Kala itu, didirikannya St. Christopher’s Hospice oleh Dr. Cicely Saunders menjadi model perawatan yang diperluas ke seluruh dunia untuk pasien yang menderita penyakit terminal atau kronis.
Kemudian, pada tahun 1980, perawatan paliatif mulai diakui secara global oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) dan ACS (American Cancer Society).
Dari sinilah, perkembanganya begitu pesat hingga menjadi model perawatan multidisiplin yang melibatkan dokter, perawat, ahli kejiwaan, pekerja sosial, dan terapis lainnya.
Tak sampai disitu, seiring berjalanya waktu, perawat paliatif mulai menemukan fokus asuhan keperawatan dengan memaksimalkan kualitas hidup pasien dan membantu mencapai tujuan dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien.
Inovasi teknologi pun banyak bermunculan di setiap penjuru dunia demi mendukung pengelolaan pasien dan dukungan secara tepat. Sementara, penekanan etika dalam proses perawatan pasien juga menjadi perhatian penting termasuk pengenalan mengenai dukungan spiritual sampai keputusan hidup dan mati oleh pasien atau keluarganya.
Tujuan Keperawatan Paliatif
Dengan kata lain, yaitu membantu pasien memaksimalkan kualitas hidup mereka pada masa hidupnya yang tersisa. Hal ini mencakup mengurangi rasa sakit, kecemasan, dan gejala lainnya yang mungkin dirasakan oleh pasien.
Perawatan paliatif bertujuan untuk mengurangi penderitaan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang dialami oleh pasien. Jadi, pada akhirnya langkah kedua ini tidak lain adalah untuk membantu pasien menghadapi kematian dengan damai dan tenang.
Pasien dan keluarga seringkali mengalami kesulitan dalam menghadapi penyakit terminal dan kematian. Oleh karena itu, dengan memberikan dukungan psikososial yang intensif dapat membantu mereka dalam mempersiapkan diri menghadapi akhir kehidupan bagi pasien.
Keperawatan paliatif juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakit dan opsi perawatan yang tersedia. Hal ini tentu saja untuk memberikan alternatif pilihan bagi pasien atau keluarga dalam memutuskan perawatan yang terbaik.
Keperawatan paliatif melibatkan kolaborasi dan koordinasi yang erat antara perawat, dokter, terapis, dan tim perawatan lainnya. Tujuan jelas, untuk memastikan bahwa pasien memperoleh perawatan yang tepat, holistik dan sesuai kondisi pasien.
7 Jenis Keperawatan Paliatif
Ada beberapa jenis keperawatan paliatif yang bisa diterapkan kepada pasien dan keluarganya, antara lain,
- keperawatan medis: yaitu perawatan kesehatan yang bertujuan untuk mengelola gejala penyakit dan memperbaiki kualitas hidup pasien
- keperawatan psikologis: meliputi dukungan emosional dan terapi dalam mengelola masalah emosional yang dihadapi pasien dan keluarga
- keperawatan spiritual: mencakup dukungan spiritual untuk membantu pasien dan keluarga menemukan arti dan tujuan dalam hidup
- keperawatan sosial: yaitu dukungan sosial untuk membantu pasien dan keluarga mengatasi masalah sosial saat berlangsungnya proses perawatan
- keperawatan fisioterapi: meliptui terapi fisik untuk membantu pasien mengelola gejala fisik yang mungkin timbul secara berkala
- keperawatan nutrisi: mencakup perencanaan makanan dan nutrisi yang sesuai untuk membantu pasien memenuhi gizi secara optimal
- keperawatan nyeri: yaitu pengelolaan nyeri yang efektif untuk membantu pasien agar merasa nyaman dan tenang ketika dirawat
6 Prinsip Keperawatan Paliatif
Dikutip dari buku “Oxford Textbook of Palliative Nursing” karya Betty Rolling Ferrell dan Judith A.Paice, ada 6 prinsip yang harus diketahui oleh seorang perawat yaitu,
Perawat palliatif harus menghargai perbedaan antara pasien dan keluarga dan mempertimbangkan budaya, keyakinan, dan nilai-nilai mereka.
Fokus utama dari perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup pasien, termasuk mengurangi gejala yang tidak nyaman, memberi dukungan emosional, dan membantu pasien mencapai tujuan yang diinginkan.
Perawatan palliatif melibatkan tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai profesional tim kesehatan diantaranya perawat, dokter, nutrisionis, psikiater, dan konselor.
Yang keempat, ada kewajiban sebagai perawat harus memahami kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual pasien serta mempertimbangkan preferensi mereka dalam merencanakan perawatan.
Keluarga dan orang-orang terdekat pasien harus terlibat dalam perawatan paliatif dan memberikan dukungan emosional maupun informasi yang memang benar-benar dibutuhkan.
Perawatan paliatif harus dilakukan secara terus-menerus dan berkala, serta pasien juga harus diberikan perawatan yang konsisten dan holistik demi meningkatkan kualitas hidupnya.
Perbedaan Keperawatan Paliatif Dengan Keperawatan Umum
Bahwa keperawatan paliatif menekankan pada pengelolaan gejala fisik, emosional, dan spiritual, serta dukungan sosial dan praktis bagi pasien maupun keluarganya.
Jadi, dalam hal ini kebutuhan pasien sangat kompleks sehingga butuh waktu yang tidak sebentar bahkan perlu upaya konsisten demi meningkatkan kualitas hidup pasien.
Sedangkan keperawatan umum lebih menekankan pada asuhan keperawatan secara umum yang ditujukan untuk mengurangi gejala yang diderita pasien.
Disamping itu, biasanya dalam implementasinya hanya membutuhkan waktu sebentar yaitu 3 sampai 5 hari saja dan kemudian dilakukan evaluasi keperawatan.
Apakah Keperawatan Paliatif Hanya Untuk Orang Yang Akan Meninggal?
Tidak. Memang benar bahwa menjelang kematian, pasien memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap asuhan keperawatan paliatif. Namun, asuhan ini juga dapat bermanfaat bagi pasien dengan penyakit serius pada berbagai stadium lain.
Secara global, terdapat 4 kelompok kondisi kesehatan yang telah diidentifikasi dapat menerima manfaat dari asuhan keperawatan paliatif yaitu,
Kondisi yang mengancam jiwa, dimana pengobatan kuratif mungkin dilakukan tetapi dapat gagal. Sebagai contoh, penyakit kanker, kegagalan organ-organ vital, gagal ginjal dan infeksi parah.
Kondisi dimana kematian dini mungkin terjadi tapi ada suatu periode perawatan intensif yang panjang dengan tujuan memperpanjang hidup pasien. Contohnya, penyakit cystic fibrosis, HIV/AIDS, kelainan kardiovaskular dan prematuritas ekstrem.
Kondisi progresif tanpa adanya pilihan pengobatan kuratif, dimana setelah terdiagnosa maka perawatan sepenuhnya bersifat paliatif.
Beberapa contohnya seperti kelainan neuromuscular atau neurodegenerative, kelainan metabolik yang progresif, abnormalitas kromosom dan adanya kanker stadium lanjut yang bermetastase sejak kemunculan awal.
Kondisi yang tidak dapat diperbaiki tapi tidak progresif yang menyebabkan kecacatan parah hingga menimbulkan kerentanan ekstrim terhadap komplikasi kesehatan. Misalnya cerebral palsy berat, kelainan genetis, malformasi kongenital, prematuritas, cedera otak atau tulang punggung.
Isu Etika Dalam Keperawatan Paliatif
Keputusan tentang penghentian atau penarikan perawatan medis yang berpotensi memperpanjang hidup pasien, seperti ventilator atau dialisis, merupakan keputusan sangat sulit dan perlu dipertimbangkan secara etis dan moral bagi keluarga pasien.
Meskipun euthanasia (bunuh diri dengan bantuan medis) dilarang di sebagian besar negara, isu ini sering kali menjadi topik diskusi dalam keperawatan paliatif. Mengingat langkah ini menjadi pilihan terakhir bagi keluarga untuk mengakhiri penderitaan pasien yang berkepanjangan pasien dengan sengaja.
Pengelolaan nyeri menjadi prioritas utama dalam perawatan palliatif. Namun, isu etika muncul ketika pasien tidak dapat mengambil keputusan tentang pengelolaan nyeri, dan perawat harus bekerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainya demi mengambil keputusan terbaik bagi pasien.
Ketika pasien tidak lagi dapat makan atau minum, keputusan tentang nutrisi dan hidrasi menjadi isu yang kompleks dan sulit. Perawat perlu bekerja sama dengan dokter, nutrisionis maupun keluarga untuk mengambil langkah yang tepat agar kebutuhan gizi pasien terpenuhi.
Dukungan spiritual seringkali menjadi isu etika yang penting dalam perawatan paliatif. Perawat perlu memahami nilai-nilai yang dianut pasien dan keluarganya, termaasuk juga keyakinan hingga harapan spiritual agar bisa menyesuaikan kondisi saat menerapkan asuhan keperawatan.
Ketika pasien tidak lagi dapat mengambil keputusan tentang perawatan medis mereka, perawat perlu bekerja sama dengan dokter dan keluarga untuk membuat keputusan yang terbaik untuk pasien.
Berdasarkan Pengertian Keperawatan Paliatif hingga pembahasan isu etika, maka bisa diambil kesimpulan bahwa dalam penerapanya sangatlah mendetail karena melibatkan banyak orang.
Oleh sebab itu, komunikasi menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan karena untuk meningkatkan pemahaman baik antara tim kesehatan, pasien hingga keluarga pasien. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Salam,
Deny Irwanto
www.denyirwanto.com