9 Posisi Pasien Di Meja Operasi Yang Seringkali Diterapkan

Berbagai macam Posisi Pasien Di Meja Operasi itu bergantung pada jenis operasinya. Tujuanya tidak lain adalah untuk menjaga konsistensi fungsi vital pernafasan dan sirkulasi darah agar tetap berjalan normal. 

Posisi Pasien Di Meja Operasi
9 Posisi Pasien Di Meja Operasi Yang Seringkali Diterapkan

Meski pasien mendapatkan obat bius secara lokal (sebagian) maupun general (menyeluruh) saat menjalani proses operasi, dengan mempertahankan kedua hal tadi, tentunya akan menghindari yang namanya trauma syaraf hingga tekanan pada bagian otot tubuh tertentu. 

Dan untuk mempersiapkan semuanya, seorang perawat khususnya yang bertugas di ruang bedah wajib mengetahui anatomi meja operasi serta penggunaanya. Bukan hanya memastikan kenyamanan pasien, melainkan juga untuk prosedur pembedahan yang tepat dan sesuai dengan posisi pasien

Baca juga  12 Panduan Posisi Pasien Diatas Tempat Tidur

Kriteria Posisi Pasien Yang Harus Diketahui Perawat

Ketika pasien sudah masuk ke ruang operasi, maka perawat harus memastikan dahulu posisinya benar-benar aman dan nyaman dengan kriteria sebagai berikut, 

  • tidak mengganggu sistem peredarahn darah supaya haemostattis alami tidak timbul cepat dan tak terjadi kematian jaringan
  • tidak menganggu sistem persyarafan pusat maupun perifer yang bisa jadi menyebabkan kelumpuhan
  • sesuai dengan prosedur tindakan operasi agar terhindar dari trauma intra operasi
  • tidak ada gangguan rasa nyaman nyeri setelah operasi (post op) dan hal ini tergantung dari jenis tindakan operasinya

Disisi lain, apabila diperlukan perubahan posisi intra operasi karena suatu hal, bisa dilakukan sesegera mungkin agar operasi berjalan lancar tanpa suatu hambatan. Lalu, apa saja posisi-posisi pasien ketika berada di meja operasi ?

9 Posisi Pasien Di Meja Operasi Yang Sering Diterapkan

1. Suppine

Merupakan posisi terlentang dimana vertebra servikalis, torakalis dan lumbalis berada dalam satu garis lurus horizontal.

Adapun indikasi operasinya:  otak, torakalis (paru, jantung), ekstremitas, abdomen (laparatomi)

Modifikasinya: operasi esophagus, choleslitiasis, larynx, thyroidectomy, cholescystectomy, bladdera

2. Sims

Merupakan posisi ke arah miring, baik ke kiri atau ke kanan. Jadi, berat badan bertumpu pada tulang illium, humerus dan klavikula.

Adapun indikasi operasinya: pembedahan area scapula, tumor gluteal

3. Dorsal Recumben

Adalah posisi pasien berbaring terlentang diatas tempat tidur kemudian diikuti dengan fleksi (menekuk ke dalam) pada kedua lutut kaki.  

Adapun indikasi operasinya: operasi pelvic, vagina, anus (polip rektal)

4. Trendelenberg

Adalah modifikasi dari posisi terlentang disertai dengan kepala yang diturunkan dan jika diperlukan posisi dapat diubah sebaliknya (posisi kepala dinaikkan) pada konsisi tertentu.

Adapun indikasi operasinya: pembedahan area perut dan pedis

5. Fowler

Merupakan posisi setengah duduk atau duduk yang pada intinya kepala tempat tidur lebih tinggi dari kaki.

Adapun indikasi operasinya: operasi fraktur tibia, fraktur femur, fraktur tulang tarsal dan operasi daerah pedis

6. Lithotomy

Merupakan posisi pasien saat operasi dimana pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kaki dan ditarik ke atas bagian perut.

Adapun indikasi operasinya: persalinan normal, operasi polip maupun tumor rektal, kanker servik, pemasangan kontrasepsi (IUD), histerectomy, vulvectomy, TUR-P, cystoscopy, kuretage.

7. Prone

Merupakan posisi telungkup dengan seluruh badan bagian depan menempel diatas tempat tidur. Tak jarang, pasien cukup rentan terhadap cedera pada spina sehingga perlu diwaspadai.

Adapun indikasi operasinya: operasi fraktur vertebra, tumor gluteal, scapula, repair tendon archiles, adrenal gand.

8. Jack Knife

Adalah posisi pasien dengan menungging, kedua kaki ditekuk disertai dada menempel di alas tempat tidur.

Adapun indikasi operasinya: pembedahan rektum, sacrum, hemorrhoidectomy

9.Lateral

Adalah posisi pasien dengan letak menyamping ke kanan atau ke kiri. Untuk jenisnya sendiri terbagi dalam 3 posisi yaitu,

a. kidney position, posisi menyamping dengan tangan saling menyilang dan bagian pinggul lebih tinggi dari kaki dan kepala.

indikasi operasinya: pembedahan ginjal, ureter pronmal, pyelum, ureter 1/3 tengah

b. chest position, posisi tidur menyamping dengan posisi kaki lebih rendah dari kepala atau badan.

Indikasi operasinya: pembedahan thoraks dan sejenisnya

c. knee chest position, posisi telungkup dengan kaki menekuk ke depan dan lebih rendah dari badan maupun kepala

Indikasi operasinya: pembedahan vesico (rectovaginal fistel), sigmoidescopy, endoscopy

Nah, selain berbagai jenis posisi pasien di meja operasi tadi, sebagai seorang perawat, anda pun harus tahu istilah-istilah untuk menyebut aksesoris pada meja operasi. 

Baca juga  Ini Dia Gaji Perawat Di Indonesia (D3 Hingga S1 Ners)

Beberapa Istilah Anatomi Meja Operasi

Seringkali para tenaga kesehatan atau medis saat berkutat dengan meja operasi, menggunakan bahasa medis tertentu sehingga anda perlu mengetahuinya agar tidak salah paham dalam menyebutnya, yang meliputi, 

  • anesthesia screen (layar anestesi)
  • safety belt (sabuk pengaman)
  • wrist atau arm strap (sabut ikatan tangan)
  • elbow pads atau protector (papan pelindung bahu)
  • arm board (papan lengan)
  • shoulder bridge (peyangga bahu)
  • body restrain strap (tali elastomer sintetis)
  • kidney rest (set posisi ginjal)
  • hemmoroid strap ( set alat untuk operasi hemmoroid)

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai Posisi Pasien Di Meja Operasi yang seringkali diterapkan dalam banyak situasi. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan ada berbagai modifikasi posisi pasien untuk menyesuaikan kondisi selama berlangsungnya tindakan pembedahan (intra operasi). Terima kasih dan semoga bermanfaat. 

SUMBER REFERENSI

Salam,
Deny Irwanto
www.denyirwanto.com

Berkomentar = Berlangganan, Terima kasih

Your email address will not be published. Required fields are marked *